KLAUSA
Assalamualaikum Wr. Wb.
Klausa
adalah suatu konstruksi yang sekurang – kurangnya terdiri dari subjek (S) dan
predikat (P) yang belum memiliki intonasi seperti sebuah kalimat. Dari
penjelasan tersebut klausa dapat diasumsikan mirip dengan kalimat. Atau dengan
kata lain, klausa berpotensi menjadi sebuah kalimat jika klausa tersebut diberi
tanda baca / intonasi akhir (tanda titik, seru, atau koma).
*Catting (catatan penting) :
Klausa à setidak – tidaknya terdapat S
dan P.
Tabel Pembeda
|
||||||
Klausa
|
S
|
P
|
(tidak
ada)
|
O
|
Pel
|
Ket
|
Kalimat
|
S
|
P
|
. , ?
|
O
|
Pel
|
Ket
|
Sekali
lagi saya tekankan, jika kita amati melalui tabel di atas untuk unsur yang
dicetak tebal merupakan unsur wajib dalam membentuk sebuah klausa (maupun
kalimat). Dan unsur dengan font yang
standar yaitu O, Pel, dan Ket, boleh ada boleh tidak.
Tabel Pembeda
|
|
Klausa
|
Frasa
|
Saya belajar
|
Piring nasi
|
Minum obat
|
Burung elang
|
Makan lagi
|
Mata biru
|
Makan sayur
|
Dua kaki
|
Menggapai mimpi
|
Lima dara
|
Dari
tabel kedua, dapat kita tarik kesimpulan bahwa yang membedakan antara klausa dengan
frasa ialah :
-
Klausa
terdapat setidak – tidaknya unsur S dan P
-
Frasa
terdapat dalam satu jenis unsur, baik itu sebagai S, P, O, atau Ket.
Analisis : frasa “piring nasi”
dalam kalimat “saya memiliki piring nasi di dalam rak.”
è
Saya sebagai S à
piring nasi sebagai O
è
memiliki sebagai P à
di
dalam rak sebagai penjelas Ket
Klausa digolongkan menjadi dua, yaitu :
A.
Menurut
strukturnya klausa dapat berupa klausa terikat dan klausa tidak terikat.
1.
Klausa
Terikat
merupakan klausa yang
tidak berpotensi menjadi sebuah kalimat ketika klausa tersebut ditambahkan
dengan tanda baca (tanda titik, seru, atau koma).
Contoh : [melamun
dirimu], [masak sayur]
Analisis
: karena untuk membentuk sebuah kalimat, contoh diatas harus memuat unsur
Subjek.
2.
Klausa
Bebas
merupakan klausa yang
berpotensi menjadi sebuah kalimat ketika klausa tersebut ditambahkan dengan
tanda baca (tanda titik, seru, atau koma).
Contoh : [Aku
melamunkan dirimu]
Analisis
: contoh diatas berpotensi menjadi sebuah kalimat, karena dengan hanya
menambahkan tanda baca telah memenuhi syarat menjadi sebuah kalimat.
B.
Menurut
kata yang menjadi Predikatnya :
1.
Klausa
Adjektival
Contoh : [Tarian dari
Bali unik], [Dia cantik]
Analisis
:”Tarian dari Bali” sebagai Subjek, “unik” sebagai Predikat dan merupakan
Adjektival (kata sifat).
2.
Klausa
Adverbial
Contoh : [Burung yang
terdiam di hutan], [Saya di Kota Malang]
Analisis
: ”Burung yang terdiam” sebagai Subjek, “di hutan” sebagai Predikat dan
merupakan Adverbial (kata keterangan).
3.
Klausa
Nominal
Contoh : [Dia pekerja
keras], [Saya siswa]
Analisis
: ”Dia” sebagai Subjek, “pekerja keras” sebagai Predikat dan merupakan Nominal
(kata benda).
4.
Klausa
Numeral
Contoh : [Saya
seorang diri], [Kami bertigabelas]
Analisis
: ”Saya” sebagai Subjek, “seorang diri” sebagai Predikat dan merupakan numeral (kata
bilangan).
5.
Klausa
Verbal
Contoh : [Seekor
anjing duduk di bangku taman seharian], [Aku lari]
Analisis
: ”Seekor anjing” sebagai Subjek, “duduk” sebagai Predikat dan merupakan Verbal
(kata kerja).
*Catting (catatan penting) :
Klausa à lebih menitikberatkan pada Predikat, karena
Subjek dapat disisipkan dalam kalimat. Oleh karena itu, memungkinkan adanya
klausa tanpa S, yaitu Klausa Terikat.
*Catting (catatan penting) :Struktur
Kebahasaan à fonem – morfem (kata) – frasa –
klausa – kalimat.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Posting Komentar